Jumat, 01 Oktober 2010

Perayaan Natal Unik di Bali, Seperti Apa Kira-kira ?

Setiap daerah di belahan dunia memiliki keunikan tersendiri dalam perayaan Natal. lalu bagaimana uniknya perayaan Natal di Bali ?

Natal adalah hari raya yang sangat dinantikan oleh umat Katholik di Palasari, Melaya, Bali. Sejak seminggu sebelum hari kelahiran Yesus Kristus tersebut umat Katholik di gereja Hati Kudus Yesus Palasari sudah mempersiapkan perayaan hari kelahiran juru selamat mereka. Tentunya mereka mempersiapkan hari besar itu dengan tradisi adat Bali yang selalu dipegang teguh oleh mereka sejak puluhan tahun silam.

Umat Katholik Palasari sudah memegang teguh tradisi Bali untuk merayakan hari raya umat Kristiani sejak 67 tahun silam. Sehingga mereka menyebutnya sebagai umat Katolik di kampung Katholik Palasari. Tradisi yang tidak bisa dihilangkan dalam perayaan natal tersebut adalah tradisi pasang hiasan terbuat dari janur dan bambu di depan rumahnya atau yang biasa disebut sebagai penjor. Pemasangan penjor tersebut biasa dilakukan oleh umat Hindu Bali ketika merayakan hari raya Galungan dan hari raya lainnya.

Uniknya lagi, umat Katholik Palasari juga mengenakan pakaian adat ketika mengikuti Misa Natal, sehingga Misa yang dilakukan tetap kental sebagai adat Bali. Tak ditinggalkan pula mempersiapkan gebokan yang berisi hasil kebun seperti buah-buahan untuk diletakkan di depan altar. Hal tersebut juga dilakukan oleh umat Hindu ketika sedang merayakan hari raya. Dan yang tidak bisa ditinggalkan adalah tradisi penampahan (pemotongan hewan) biasanya babi dilakukan sebelum memasuki hari raya Natal.

Pastor gereja Katholik Gereja Hati Kudus Yesus Palasari, Romo Maryono Pr mengungkapkan, tradisi perayaan Natal ala umat Katholik Palasari itu sudah dilakukan sejak tahun 1940-an ketika zaman pastor Simon Buis membangun kampung Katholik di Palasari. Meski pastor di sana sudah berganti 17 kali, namun tradisi tersebut tidak pernah ditinggalkan. "Kampung ini pertama kali dibabat oleh pastor Simon Buis dari Belanda. Pastor Simon meminta tanah kepada Hindia Belanda untuk membangun sebuah komunitas Katholik Bali di sini. Meski sudah berjalan puluhan tahun tradisi itu tetap dipegang oleh umat yang ada disini," papar Maryono.

Nuansa Bali juga kental dalam bangunan gereja, di mana kata Maryono, dibagian depan juga terdapat candi bentar satu dan candi bentar dua seperti layaknya pura yang ada di Bali. Tapi di bagian dalam gereja ada perpaduan bangunan style Bali dan gothic Eropa. Menurut Maryono, dalam ritual di gereja juga terjadi sebuah inkulturasi budaya. "Lagu-lagu rohani juga banyak yang menggunakan lagu yang berbahasa Bali, sehingga nuansa Bali-nya tetap kental dalam setiap Misa apapun," ujarnya.

Menjelang perayaan Misa Natal pun kata Maryono, nantinya di gereja Katholik Hati Kudus Yesus juga akan disambut dengan sebuah tarian penyembrama (tari penyambutan) yang akan dilakukan oleh anak-anak Katholik di wilayah Palasari dan sekitarnya. Mereka sudah melakukan latihan-latihan dalam persiapan Natal tahun ini.

Anak-anak yang nantinya menarikan sebuah tari penyambutan tersebut sudah sejak seminggu terakhir melenggak-lenggok dan menggerekkan lenting jarinya di depan altar gereja. Sementara Muda-mudi Katholik (Mudika) sibuk mempersiapkan sebuah kandang Natal di depan altar gereja. Kandang natal tersebut akan digunakan oleh muda-mudi untuk memerankan sebuah sandiwara kelahiran yang juru selamat di sebuah palungan (tempat pakan sapi). Mereka sudah mendesain sejak seminggu yang lalu dengan pantauan dari panitia Natal dan pastor setempat.

Dalam tradisi Adventus (penantian Natal) kata Maryono, pihaknya sudah mempersiapkan beberapa persiapan di antaranya menata altar dan kandang kelahiran sang juru selamat. "Kita juga sudah melakukan rekoleksi dan melakukan sakramen taubat oleh kelompok-kelompok yang ada, sehingga kita akan siap menyambut Natal tahun ini dengan suasana sukacita," tandasnya.

Tidak ketinggalan dalam momentum Natal tahun ini, umat Katholik di Palasari juga mempersiapkan aksi mental dengan membuat aksi mental untuk mempersembahkan bantuan kepada korban gempa bumi di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Menurut Maryono, setiap Natal selalu dilakukan aksi mental semacam itu. Sebab, dikala menjalankan perayaan Natal masih ada umat seiman yang masih kesusahan.

Perayaan Natal di Gereja Katholik Hati Kudus Yesus tersebut menurut Maryono nantinya akan dihadiri oleh umat Katholik sekira 2000-an umat. Pasalnya, umat Katholik dari Palasari yang sudah merantau di luar daerah akan datang kembali ke Palasari untuk merayakan hari bahagia itu di kampung halamannya. "Kalau umat Katholik Palasari sendiri jumlahnya sekira 1.268 jiwa dari 335 KK. Tapi nanti akan bertambah, karena umat Katholik yang ingin melalukan Misa Natal dari daerah seluruh Indonesia akan banyak yang datang kemari," ujarnya.

Kesibukan persiapan Natal juga dilakukan Dewan Gereja dari Paroki Palasari. Beberapa pengurus gereja sudah sejak jauh-jauh hari mempersiapkan dalam penyambutan hari raya itu. I Gusti Putu Triyasa misalnya. Dia mengaku selain mempersiapkan perayaan Natal di gereja juga mempersiakan perayaan Natal di rumahnya. "Pasti kita akan sibuk mempersiapkan penampahan. Malam Natal kita menyembelih babi untuk persiapan jika ada keluarga datang sebagai suguhan. Ini juga menjalankan amanat dalam kitab suci untuk melakukan pemotongan hewan," ujar Triyasa.

Tradisi pasang penjor yang dilakukan oleh umat Katholik Palasari itu dilakukan sebagai tradisi yang dilakukan secara turun temurun oleh umat yang ada di sana. Namun, penjor yang dipasang oleh umat Katholik Palasari tidak seperti penjor yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Pasalnya penjor yang dipasang hanya sebatas bagian dari sebuah hiasan Natal untuk melengkapi pohon Natal yang berada di dalam rumah.

"Kalau penjor yang dipasang di depan rumah oleh umat Hindu ada maknanya, bahan-bahan untuk penjor tersebut tidak hanya janur saja melainkan ada hasil kebun lainnya. Tapi kalau umat Katholik disini hanya janur saja sebagai pelengkap kemeriahan Natal," ujar Triyasa.

Sementara untuk gebokan yang terbuat dari buah-buahan tersusun rapi kata Triyasa, biasa dibuat oleh orang-orang yang sedang punya kaul. Misalnya telah sukses menggapai cita-cita, sehingga mereka mempersembahkan gebokan di depan altar gereja untuk diperciki air suci oleh Pastor yang memimpin Misa Natal. "Biasanya mereka mengucapkan kaul akan memberikan gebokan jika cita-cita mereka berhasil, sehingga gebokan itu dipersembahkan di gereja. Tapi gebokan hiasan di depan altar juga selalu ada untuk menghiasi perayaan Natal," ujarnya.

Jika kaum laki-laki sibuk mempersiapkan penjor dan segala perlengkapan Natal, kaum perempuan Katholik Palasari sibuk mempersiapkan masakan Bali untuk menyambut lahirnya sang juru selamat dengan masakan Bali seperti lawar klungah dan mesodo (sesajen) yang dipersiapkan di rumah masing-masing.
Maria Nyusundari misalnya, sudah sejak seminggu yang lalu dia meracik bumbu-bumbu dan membuat jajanan untuk menyambut Natal. Sesajen yang dipersiapkan itu kata Nyusundari untuk sebuah persembahan kepada nenek moyang mereka yang ada di Palasari. "Kita menyisakan sesajen berupa makanan-makanan Bali ditempatkan di ruangan khusus untuk persembahan kepada leluhur kita agar ikut merayakan sukacita ini," pungkasnya.
(Hendrik Indra Dwi Yulianto/Sindo/mbs)

Sumber :
http://news.okezone.com
Temukan hadiah yang unik dan menarik untuk orang-orang terkasih dalam daftar Hadiah Natal Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar